Budaya Amungme
Idenitas Suku Amungme
Suku Amungme tersebar di Kampung Banti, Waa, Tsinga, Arwanop, hoya, jila, alama, agimuga dan kota Timika, kabupaten Mimika Timur
Tingkah laku dan watak orang Amungme identik dengan alamnya, kerasnya alam pegunungan telah membentuk karakter masyarakat Amungme menjadi keras
Peralatan dan Perlengkapan Hidup
Banyak senjata yang digunakan oleh masyarakat Amungme dalam bertahan hidup, seperti halnya pisau belati yang merupakan senjata tradisional. Selain itu mereka juga sering menggunakan Tombak serta panah untuk berburu.Umumnya suku Amungme telah menggunakan uang tukar resmi (rupiah) sebagai alat jual-beli, sedangkan sistem barter atau eral sudah hampir tidak dipergunakan lagi.
Mata Pencahrian Hidup
Mata pencahrian orang Amungme pada umumnya adalah berkebun dan memelihara babi .
Istilah pertanian pola cocok tanam suku Amungme disebut ladang berpindah.
Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial
Secara tradisional masyarakat Amungme terbagi menjadi dua bagian. Dalam istilah antropologi dikenal dengan nama paroh (moieties). Paroh pertama adalah Mom, paroh kedua adalah Magai.
Lemasa adalah salah satu Lembaga Adat Suku Amungme yang berkedudukan di Timika, Papua. Lemasa ini didirikan pada tahun 1994.
Bahasa Daerah
Bahasa daerahnya ada dua yaitu Amung-kal yang digunakan oleh orang Amungme yang hidup disebelah selatan dan Damal-kal untuk orang Amungme yang hidup di sebelah utara,
Karya Seni
Lagu purba Suku Amungme yang mungkin sudah tidak dipahami lagi oleh orang Amungme generasi sekarang. Misalnya lagu purba yang syairnya Angaye-angaye, No emki untaye.
Noken,yaitu sejenis tas terbuat dari akar tumbuhan/rotan.
Tifa adalah alat musik tradisional papua
Sistem Kepercayaan
Agama Kristen pada tahun 1959 dibawa oleh seorang pendeta Amerika Serikat
Agama Khatolik pada tahun 1958 dibawa oleh Pastor/Pater Caruren.
Sebelum ada agama Kristen, orang Amungme sudah mengenal kepercayaan ‘asli’ yang merupakan pandangan masyarakat Amungme dalam memperlakukan alam sekelilingnya.
Tradisi Pernikahan
Idealnya perkawinan orang Amungme terjadi secara eksogami paroh dan eksogami klen.
Idenitas Suku Amungme
Suku Amungme tersebar di Kampung Banti, Waa, Tsinga, Arwanop, hoya, jila, alama, agimuga dan kota Timika, kabupaten Mimika Timur
Tingkah laku dan watak orang Amungme identik dengan alamnya, kerasnya alam pegunungan telah membentuk karakter masyarakat Amungme menjadi keras
Peralatan dan Perlengkapan Hidup
Banyak senjata yang digunakan oleh masyarakat Amungme dalam bertahan hidup, seperti halnya pisau belati yang merupakan senjata tradisional. Selain itu mereka juga sering menggunakan Tombak serta panah untuk berburu.Umumnya suku Amungme telah menggunakan uang tukar resmi (rupiah) sebagai alat jual-beli, sedangkan sistem barter atau eral sudah hampir tidak dipergunakan lagi.
Mata Pencahrian Hidup
Mata pencahrian orang Amungme pada umumnya adalah berkebun dan memelihara babi .
Istilah pertanian pola cocok tanam suku Amungme disebut ladang berpindah.
Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial
Secara tradisional masyarakat Amungme terbagi menjadi dua bagian. Dalam istilah antropologi dikenal dengan nama paroh (moieties). Paroh pertama adalah Mom, paroh kedua adalah Magai.
Lemasa adalah salah satu Lembaga Adat Suku Amungme yang berkedudukan di Timika, Papua. Lemasa ini didirikan pada tahun 1994.
Bahasa Daerah
Bahasa daerahnya ada dua yaitu Amung-kal yang digunakan oleh orang Amungme yang hidup disebelah selatan dan Damal-kal untuk orang Amungme yang hidup di sebelah utara,
Karya Seni
Lagu purba Suku Amungme yang mungkin sudah tidak dipahami lagi oleh orang Amungme generasi sekarang. Misalnya lagu purba yang syairnya Angaye-angaye, No emki untaye.
Noken,yaitu sejenis tas terbuat dari akar tumbuhan/rotan.
Tifa adalah alat musik tradisional papua
Sistem Kepercayaan
Agama Kristen pada tahun 1959 dibawa oleh seorang pendeta Amerika Serikat
Agama Khatolik pada tahun 1958 dibawa oleh Pastor/Pater Caruren.
Sebelum ada agama Kristen, orang Amungme sudah mengenal kepercayaan ‘asli’ yang merupakan pandangan masyarakat Amungme dalam memperlakukan alam sekelilingnya.
Tradisi Pernikahan
Idealnya perkawinan orang Amungme terjadi secara eksogami paroh dan eksogami klen.